TUGAS INDIVIDU
MAKALAH PENGANGGURAN DI KALBAR
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
SOSIOLOGI
DI SUSUN OLEH :
EWIS SUSANTO (F31112011)
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
PRODI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah sosial yang
dihadapi Provinsi Kalimantan Barat adalah masalah penganguran. Pengangguran
tidak hanya menjadi masalah sosial di Provinsi Kalimantan Barat, tetapi sudah
menjadi masalah sosial di Provinsi-provinsi lain di Indonesia. Khusus di
Kalimantan barat banyak sekali faktor yang menjadi penyebab penganguran,
seperti : mutu pendidikan, kesiapan tenaga kerja, fasilitas, lapangan
pekerjaan, sumber daya manusia yang tidak memadai. Hal tersebut membuat
banyak sekali orang yang tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapat pekerjaan.
Pengangguran yang tinggi dapat berdampak secara langsung maupun secara tidak
langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas, dan masalah-masalah sosial lain
yang juga semakin meningkat. Dengan jumlah angkatan kerja yang semakin besar,
arus migrasi yang terus mengalir masuk ke Privinsi Kalimantan Barat, serta
dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan
pengangguran menjadi sangat besar dan kompleks.
Menurut data terakhir, jumlah
penganguran di Kalimantan Barat pada tahun 2010 di perkirakan mencapai ± 101,6
ribu jiwa atau sekitar 4,62 persen dari 2,2 juta jiwa angkatan kerja yang ada
di Provinsi Kalimantan Barat. Jika masalah pengangguran yang demikian besar
dibiarkan berlarut-larut, maka sangat besar kemungkinannya untuk
mendorong suatu krisis sosial yang berdampak tidak saja menimpa para pencari
kerja yang baru lulus sekolah, melainkan juda menimpa orangtua yang dapat
kehilangan pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup, sehingga angka
penagguran di Provinsi Kalimantan Barat menjadi meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian pengangguran
2.
Macam-macam
pengangguran
3.
Apa
faktor-faktor penyebab pengangguran
4.
Apa yang
menjadi masalah pengagguran di Provinsi Kalimantan Barat
5.
Apa dampak
dari pengangguran bagi Provinsi Kalimantan barat
6.
Sajian data
pengangguran di Provinsi Kalimantan barat
7.
Bagaimana
cara mengatasi pengagguran di Provinsi Kalimantan Barat
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian ( defenisi ) pengangguran
2.
Untuk mengetahui
macam-macam pengangguran
3.
Untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab pengangguran
4.
Untuk
mengetahui apa yang menjadi masalah pengangguran di provinsi Kalimantan Barat
5.
Untuk
mengetahui dampak pengagguran bagi Provinsi Kalimantan Barat
6.
Untuk
mengetahui data pengangguran di Provinsi Kalimantan Barat
7.
Untuk
mengetahui cara mengatasi pengangguran di Provinsi Kalimantan Barat
1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi :
A. Penulis
Karena dengan dibuatnya tugas
makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi si penulis mengenai
masalah sosial, khususnya pengangguran.
B. Rekan-rekan
mahasiswa
Karena dengan dibuatnya tugas
makalah ini diharapkan dapat berguna untuk rekan-rekan mahasiswa yang ingin
mengetahui lebih dalam mengenai masalah pengangguran di Provinsi Kalimantan
Barat.
Semoga makalah ini juga
dapatdimanfaatkan dan dijadikan bahan masukan ataupun bahan pertimbangan dalam
pembuatan makalah mengenai masalah pengangguran di Provinsi Kalimantan Barat
selanjutnya.
C. Masyarakat
Masyarakat juga dapat menggunakan makalah
ini untuk mengetahui fakto-faktor penyebab terjadinya pengangguran, sehingga
masyarakat dapat bertindak langsung dalam upaya mengurangi angka pengangguran
di Provinsi Kalimantan Barat.
D.
Pemerintah
Makalah ini dapat menjadi
bahan referensi bagi pemerintah untuk mencegak mangkin banyaknya
pengngguran.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum berbicara tentang
pengangguran, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang disebut
dengan tenaga kerja, angkatan kerja dan usia pekerja yang ditetapkan di
Indonesia. Tenaga kerja yaitu penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari
pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja
maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab (petani yang
menunggu panen,karyawan yang sedang sakit,dsb). Sedangkan yang dimaksud dengan
usia pekerja adalah tingkat umur seseorang yang diharapkan dapat bekerja dan
memperoleh pendapatan. Di Indonesia kisaran usia kerja adalah antara 10-64
tahun.
Kemudian
yang disebut sebagai pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang
yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua
hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan.
2.1 Pengertian
Pengangguran
Pengertian
pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja ( yang berumur 15-64
tahun ) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapat pekerjaan. Orang yang
tidak sedang mencari kerja contohnya : seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah
smp, sma, mahasiswa, perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu
hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
2.2 Macam-macam
Pengangguran
Pengangguran
sering di artikan sebagai angkatan kerjayang belum berkerja atau tidak berkerja
secara optimal. Berdasarkan pengertian di atas, maka pengangguran dapat di
bedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1.
Pengangguran
terselubung( Disguissed Unemployment ) adalah tenaga kerja yang tidak berkerja
secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2.
Setangah
Menganggur ( Under Enemployment ) adalah tenaga kerja yang tidak berkerja
secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan. Tenaga kerja yang dikatakan
setengah menganggur, merupak an tenaga kerja yang berkerja kurang dari 35 jam
selama seminggu.
3.
Pengangguran
Terbuka ( Open Unemployment ) adalah tenaga yang sungguh-sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Penggangguran jenis ini cukup banyak karena memang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha mencari pekerjaan.
Macam-macam pengangguran
berdasarkan penyebab terjadinya :
1.
Pengangguran
Konjungtural ( cycle Unempioyment ) adalah penganguran yang diakibatkan oleh
perubahan gelombang ( naik-turunnya ) kehidupan perekonomian/ siklus ekonomi.
2.
Pengangguran
Struktural ( Struktural Unemployment ) adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang
pengangguran structural bias di akibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
akibat permintaan berkurang, akibat kemajuan, dan penggunaan teknologi akibat
kebijakan pemerintah.
3.
Pengangguran
Friksional ( Frictional Unemployment ) adalah pengangguran yangyang muncul
akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja.
Pengangguran seperti ini sering di sebut pengangguran sukarela.
4.
Pengangguran
Musiman adalah pengangguran yang terjadi karena pergantian musimtanam ke musim
panen.
5.
Pengangguran
teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
6.
Pengangguran
Siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian ( karena terjadi resesi ). Pengangguran siklus di sebabkan oleh
kurangnya permintaan masyarakat.
2.3 Faktor-faktor Penyebab
Pengangguran di Provinsi Kalimantan Barat
Masalah pengangguran tentulah tidak muncul begitu saja
tanpa suatu sebab. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran
secara global adalah sebagai berikut:
1. Besarnya
Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
2. Struktur
Lapangan Kerja Tidak Seimbang
3. Kebutuhan
jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan
kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi
kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia.
Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak
dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
4. Penyediaan
dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
5. Budaya
pilih-pilih pekerjaan
Pada dasarnya
setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan. Dan lagi
ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan di
Indonesia bukan pengangguran terselubung, melainkan pengangguran terbuka yang
didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan tinggi).
6. Pemalas
Selain budaya
memilih-milih pekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur di Indonesia adalah
budaya malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar lain yang ditempuh
adalah dengan menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.
7. Tidak mau
ambil resiko
“Saya bersedia
tidak digaji selama 3 bulan pertama jika diterima bekerja di kantor bapak.
Dengan demikian bapak tidak akan rugi. Jika bapak tidak puas dengan hasil kerja
saya selama 3 bulan tersebut, bapak bisa pecat saya ”. Adakah yang berani
mengambil resiko seperti itu? Saya yakin sedikit sekali. Padahal kalau
dipikir-pikir itu justru menguntungkan si pencari kerja selama 3 bulan tersebut
ia bisa menimba pengalaman sebanyak-banyaknya. Meskipun akhirnya dipecat juga,
toh dia sudah mendapat pengalaman kerja 3 bulan.
Sedangkan Faktor-faktor yang menjadi
penyebab pengangguran di Provinsi Kalimantan Barat adalah sebagai berikut :
1.
Mutu
pendidikan di Provinsi Kalimantan yang masih rendah menyebabkan sumber daya
manusia menjadi sulit bersaing.
2.
Besarnya
jumlah angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja (kesenjangan
antara supply and demand). Ke tidak seimbangan terjadi apabilah jumlah angkatan
kerja lebih besar dari pada kesempatan kerja yang tersedia, sedangkan kondisi
sebaliknya sangat jarang terjadi.
3.
Struktur
lapangan kerja tidak seimbang.
4.
Masih adanya
anak yang putus sekolah dan lulus sekolah tetapi tidak melanjutkan ke jenjang
berikutnya yang tidak terserap dunia kerja atau berusaha mandiri karena tidak
memiliki keterampilan yang memadai.
5.
Terjadinya
pemutusan hubungan kerja ( PHK ) karena krisis global.
6.
Kebutuhan
jumlah dan jenis tenaga terdidik dengan penyediaan tenaga terdidik tidak
seimbang, dengan demikian apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih
besar dari pada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi.
Alasanya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang
dibutuhkan dengan yang tersedia. Ke tidak seimbangan tersebut mengakibatkan
sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang
tersedia.
7.
Terbatasnya
sumber daya alam di kota yang tidak memungkinkan lagi warga masyarakat untuk
mengelola sumber daya alam menjadi mata pencarian.
8.
Kurangnya
informasi.
9.
Tidak adanya
system penerimaan publik.
10. Sulit menerapkan kepintarannya dalam dunia pekerjaan.
2.4 Masalah Pengangguran di
Provinsi Kalimantan Barat
Tingginya angka pengangguran di Provinsi Kalimantan Barat menjadi salah
satu faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di Provinsi Kalimantan
barat. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab
rendahnya taraf hidup karena Terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk
sumber daya manusia. Pemanfaatan sumber daya yang rendah dikarenakan buruknya
efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya, baik sumber daya alam
maupun sumber daya manusia.
Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya manusia adalah
karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran terselubung yang
terlalu tinggi dan terus melonjak. Jika hal ini di biarkan terus-menerus maka
akan sangat besar kemungkinan angka pengangguran di Provinsi Kalimantan Barat
akan semangkin tinggi. Hal tersebut akan berakibat buruk, dan dapat menyebabkan
terjadinya masalah sosial yang semangkin besar di masyarakat, seperti
kemiskinan, kriminalitas dan lain-lain.
2.5 Dampak Pengangguran Bagi Provinsi Kalimantan Barat
Pengangguran merupakan masalah
pokok dalam suatu masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat
pengangguran tinggi, sumberdaya menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan
masyarakat akan merosot. Situasi ini menimbulkan kelesuan ekonomi yang
berpengaruh pada emosi masyarakat dan dalam kehidupan keluarga
sehari-hari. Adapun dampak pengangguran terhadap kehidupan ekonomi dan sosial
masyarakat adalah sebagai berikut. Dilihat dari segi ekonomi, pengangguran
memiliki dampak sebagai berikut :
1.
Pengangguran
menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, sehingga akan mengakibatkan kelesuan
dalam berusaha.
2.
Pengangguran
akan menghambat investasi, karena menurunnya jumlah tabungan masyarakat.
Dari segi sosial, dampak pengangguran adalah sebagai berikut :
1.
Perasaan
minder ( rendah diri ),
2.
Meningkatnya
angka kriminalitas,
3.
Meningkatnya
angka kemiskinan,
4.
Munculnya
pengamen, pengemis, anak jalanan, dan
5.
Tingginya
anak-anak yang putus sekolah.
2.6 Data Pengangguran di Provinsi
Kalimantan Barat
Jumlah pengangguran di
Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2010 diperkirakan mencapai ± 101,6 ribu
jiwa dari total jumlah penduduk yang mencapai ±4.393.239 jiwa. Menurut data BPS
( tahun 2010 ), tingkat pengangguran terbuka ( TPT ) tertinggi terjadi di kota
Singkawang sebesar 8,05 persen, di susul Kabupaten Pontianak 7,80 persen, Kota
Pontianak 7,79 persen. Sementara tingkat pengangguran terbuka ( TPT ) terendah
di Kabupaten Melawi sebesar 1,30 persen dan di susul Kapuas Hulu 2,25 persen.
Sementara dari sisi jumlah pengangguran, terbesar di Kota Pontianak dan
Kabupaten Kubu Raya masing-masing 20,3 ribu jiwa dan 14,7 ribu jiwa, sedangkan
paling sedikit di Kabupaten Melawi dan Sekadau, masing-masing 1,27 ribu jiwa
dan 2,24 ribu jiwa, Sumber: Badan Statistik Provinsi Kalimantan Barat.
Menurut hasil survei angkatan
kerja nasional ( Sakernas ), tingkat partisipasi angkatan kerja ( TPAK )di
Provinsi Kalimantan Barat sebesar 73,17 persen atau sebanyak 2,2 juta jiwa.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK ) terbesar di kabupaten Kapuas hulu
sebesar 79,82 persen dan melawi 78,95 persen. Sedangkan tingkat partisipasi
angkatan kerja ( TPAK ) terendah di Kota Pontiank sebesar 65,61 persen dan di
Kota Singkawang 66,61 persen.
Sementara untuk persentase
penyerapan tenega kerja berada di tiga sector, yakni pertanian 60,43 persen;
perindustrian 12,39 persen; dan pelayanan 27,18 persen. Menurut data sektor
pertanian yang paling tinggi menyerap tenaga kerja, yakni di Kabupaten Landak
sebesar 82,33 persen, terendah di Kota Pontinak 5,44 persen. Untuk jumlah
penduduk Provinsi Kalimantan Barat yabg berkerja di sektor formal 27,55 persen,
kemudian informal 72,45 persen, sumber BPS Provinsi Kalimantan Barat.
2.7 Cara Mengatasi Pengangguran di Provinsi Kalimanta Barat
Pengangguran ada
bermacam-macam, untuk mengatasinya harus di sesuaikan denagn jenis pengangguran
yang terjadi, yaitu sebagai berikut :
1.
Pengangguran struktural
Untuk mengatasi pengangguran
jenis ini, cara yang di gunakan adalah :
a.
Peningkatan
mobilitas modal dan tenaga kerja.
b.
Segera
memindahkan tenaga kerja dari sektor yang kelebihan ke tempat dan sektor
ekonomi yang kekeurangan.
c.
Mengadakan
pelatihan tenaga kerja untuk mengisi lowongan kerja yang kosong .
d.
Segera
mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
e.
Menarik
investor sebanyak-banyaknya.
2.
Pengangguran friksional
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang di gunakan adalah :
a.
Perluasan
kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang
bersifat padat karya.
b.
Deregulasi
dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya
investasi baru.
c. Menggalakkan pengembangan seckor informal, seperti home industri.
d.
Menggalakan
program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor
formal lainnya.
e.
Pembukaan
proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya,
PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bias menyerap tenaga kerja secara langsung
maupun utuk merangsang insvestasi baru dari kalangan swasta.
3.
Pengangguran Musiman
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang di gunakan adalah :
a.
Pemberian
informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain.
b.
Melakukan
pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu
musim tertentu.
4.
Pengangguran Siklus
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang di gunakan adalah :
a.
Mengarahkan
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.
b.
Meningkatkan
daya beli masyarakat
5.
Pengangguran Konjungtural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang di gunakan adalah :
a. Meningkatkan daya beli masyarakat sehingga pasar menjadi ramai dan akan
menambah jumlah permintaan.
b. Mengatur bunga bank agar tidak terlalu tinggi sehingga investor lebih suka
menginvestasikan uangnya.
6.
Pengangguran Teknologi
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang di gunakan adalah :
a.
Mempersiapkan
masyarakat untuk untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi dengan cara memasukkan
materikurikulum pelatihan teknologi di sekolah.
b.
Pengenalan
teknologi sejak dini
c.
Pelatihan
tenaga pendidik untuk penguasaan teknologi.
BAB
III
SOLUSI
Cara
mengatasi pengangguran yaitu antara lain dengan:
a.
Wiraswasta
Selama
orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di perusahaan tertentu,
pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah menjadi agak terpecahkan
apabila muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri atau
berwiraswasta. Fakta memperlihatkan cukup banyak wiraswasta yang berhasil.
Meskipun demikian, wiraswasta pun bukanlah hal yang mudah.
b.
Untuk mendorong pengembangan usaha
mandiri, usaha kecil dan usaha keluarga, perlu menyalurkan dana melalui bank
seperti BPR dengan tingkat bunga di bawah 15% per tahun.
c.
Untuk membantu usaha keluarga
miskin, perlu menyediakan dana pinjaman dengan tingkat bunga cukup menutupi
biaya adminstrasi bank, misalnya 7%, yang dapat diperoleh tanpa agunan.
d.
Bantuan kepada keluarga miskin
seperti beras untuk si miskin (raskin) sedapat mungkin diganti menjadi
penciptaan kesempatan kerja.
e.
Sejumlah dana bergulir disediakan
dan disalurkan untuk usaha-usaha keluarga di sektor informal sehingga dapat
menambah penghasilan mereka.
f.
Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja
Pengangguran
terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli.
Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau
keahlian tertentu. Masalah tersebut amat relevan di negara kita mengingat
sejumlah penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau keahlian
tertentu. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu digalakan lembaga yang
mendidik tenaga kerja menjadi siap pakai. Yang paling penting dalam pendidikan
dan pelatihan kerja itu adalah kesesuaian program dengan kualifikasi yang
dituntut oleh kebanyakan perusahaan.
g. Memperluas kesempatam kerja yang dapat di lakukan dengang dua cara, yaitu
sebagi berikut :
1. Pengembangan industri, truta jenis industri yang bersifat padat karya (
yang dapat menyerap relatif banyak tenaga kerja ).
2. Melalui berbagai proyek perkerjaan umum, seperti pembuatan jalan, saluran
air dan jembatan.
h.
Menurunkan
jumlah angkatan kerja
Ada beberapa cara yang dapat di lakukan untuk menurunkan jumlah agkatan kerja,
misalnya dengan program keluarga berencana, program wajib belajar dan
pembatasan usia kerja minimum.Meningkatkan kualitas kerja dari tenaga kerja
yang ada, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan tututan keadaan. Banyak cara
yang bias di lakukan, seperti melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi,
kursus, balai latihan kerja, mengikuti seminar dan yang lainnya.
BAB IV
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pengangguran adalah suatu
kondisi dimana orang tidak dapat berkerja, karena tidak tersedinya lapangan perkerjaan.
Ada berbagai macam pengangguran, misalnya : Pengangguran terselubung(Disguissed
Unemployment), Setangah Menganggur (Under Enemployment), Pengangguran Terbuka
(Open Unemployment), Pengangguran Konjungtural (cycle Unempioyment),
Pengangguran Struktural (Struktural Unemployment), Pengangguran Friksional
(Frictional Unemployment), Pengangguran Musiman, Pengangguran teknologi,
Pengangguran Siklus. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka
penggangguran adalah sebagai berikut : Mutu pendidikan di Provinsi Kalimantan
yang masih rendah, Besarnya jumlah angkatan kerja, Struktur lapangan kerja
tidak seimbang, Masih adanya anak yang putus sekolah, Terjadinya pemutusan
hubungan kerja ( PHK ), Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dengan
penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang, Terbatasnya sumber daya ( baik
sumber daya alam maupun sumber daya alam ). Tingginya angka pengangguran yang
di sebabkan hal-hal tersebut, menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf
hidup para penduduk di Provinsi Kalimantan barat. Pengangguran juga bisa
berdampak terhadap kehidupan ekonomi, seperti : menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat, menghambat investasi, serta terhadap kehidupan sosial masyarakat,
seperti : Perasaan minder ( rendah diri ), Meningkatnya angka kriminalitas,
Meningkatnya angka kemiskinan, Munculnya pengamen, pengemis, anak jalanan dan
Tingginya anak-anak yang putus sekolah. Menurut data pengangguran pada 2011
diperkirakan mencapai ± 101,6 ribu jiwa dari total jumlah penduduk yang
mencapai ±4.393.239 jiwa. Hal ini sungguh sangat memperhatinkan dan harus
segera di atasi dengan : Memperluas kesempatam kerja, Menurunkan jumlah
angkatan kerja, Meningkatkan kualitas kerja dari tenaga kerja yang ada dan
lain-lain.
3.2 Saran
Sekitar ± 101,6 juta pengangguran
di Provinsi Kalimantan barat, bukanlah persoalan kecil yang harus dihadapi oleh
pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dewsa ini dan kedepan. Penngangguran itu
berpotensi menimbulkan kerawanan berbagai berbagai tindak criminal dan gejolak
sosial, politik dan kemiskinan. Selain itu, pengangguran juga merupakan
pemborosan yang luar biasa. Setiap orang harus mengkonsumsi beras, gula,
minyak, pakaian, energi listrik, sepatu, jasa dan sebagainya setiap hari, tapi
mereka tidak mempunyai penghasilan. Bisa kita bayangkan berapa ton beras dan
kebutuhan lainnya harus disubsidi setiap harinya. Bekerja berarti memiliki
produksi. Seberapa pun produksi yang dihasilkan tetap lebih baik dibandingkan
jika tidak memiliki produksi sama sekali. Karena itu, apa pun alasan dan
bagaimanapun kondisi Provinsi Kalimantan Barat saat ini masalah pengangguran
harus dapat diatasi dengan berbagai upaya.
Sering berbagai pihak
menyatakan persoalan pengangguran itu adalah persoalan muara. Berbicara
mengenai pengangguran banyak aspek dan teori disiplin ilmu terkait. Yang jelas
pengangguran hanya dapat ditanggulangi secara konsepsional, komprehensif,
integral baik terhadap persoalan hulu maupun muara. Sebagai solusi
pengangguran, berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh sebagai berikut.
Setiap penganggur diupayakan
memiliki pekerjaan yang banyak bagi kemanusiaan artinya produktif dan
remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat
Provinsi Kalimantan Barat.Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan pengangguran
menjadi komitmen bersama untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu
kebijakan makro (umum) dan mikro (khusus). Kebijakan makro (umum)
yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi
seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai
tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen
Keuangan) dan lainnya.
Daftar pustaka
Ritonga,MT dkk. 2007. Ekonomi Untuk SMA kelas XI.
Jakarta : PT Phibeta Aneka Gama
Prof. Dr.
Payaman J. Simanjuntak, dalam artikelnya
“ Pemerintah Baru; Isu Ketenagakerjaan yang Mendesak “ , Media Indonesia
Online, 20 Oktober 2004.
http://www.datastatistik.